Artikel Terbaru »

Konfigurasi Cinta

Ini rindu kesadaran atau mabuk perjalanan di keremangan Mengungkapkan cinta sempoyongan pada siang dan malam “Jangan pernah mengaku menari seperti Rumi kita tiada pernah mampu menahan dahaga!” Terima kasih wahai guru bermujahadah di deru polusi zaman Ungkapan cinta sesungguhnya berdenyut jantung waktu Lantas mengalir darah ibadah di setiap jengkal jasad Kehidupan Tapi betapa limbung merindu Langkah kaki terantuk begitu saja Ketika jiwa menatap matahari tanpa ada kemungkinan gerhana Meriap dalam gurat dan jajar yang sungguh perih, penyesalan??!! Mengapa baru terlahir setelah segalanya terkoyak dan muram Di rahim yang dulu tempat sujud dan bertadarrus sunyi Betapa tandus kini, inikah padang bagi benih makrifat? Hanya air mata, sekedar air mata, tak tuntas memang Menebus segalanya yang telanjur direnggut penyembah berhala Sebab habis ruang untuk bertanya tentang salah siapa Kita pun pernah takabur meninggalkan surau tua Setelah pendakian, dan musyahadah Cinta betapa indahnya Rinduku semakin menjelma untukmu gha Detak irama langkah kerinduan yang mengetuki multazam Jiwa, yang terlalu kerap lusuh oleh derai musim dan zaman Yang tak pernah bertawajuh ketika galau memuncaki rongga dada Sungguh, alunan rindu yang sebenarnya telah berulang itu kini Melecut-lecut hingga kesombongan lantak dan tiarap tak tersisa “menggenggam tali tarikat memang kadang seperti bara!” dan aku semakin tergeragap dari tidur panjang tanpa pelita maka di tapak sejadah berbinar cahaya, serenada pun mengalirkan cinta “doakan cinta kita sayang.. untuk dapatkan mawadah"

Izinkan Aku Bersama Meida TUHAN

Kembali bersama larutnya imajinasi dibatas mimpi, aku tiba-tiba saja termenung menatap keraguan dalam keheningan malam. Aku masih merasakan sakit yang sangat luar biasa ketika aku menuliskan cerita ini, inilah cerita yang kelak akan menjadi kenangan saat Ega akan mengingatku. Tuhan berikan waktu satu tahun lagi untuk dapat bersama Ega, karena dialah yang membuat aku menjadi “hidup”. Dia tak hanya hadir ketika aku dalam kondisi terbaik, tapi dia ada ketika aku merasa tak ada lagi seorang pun yang mau berbagi keceriaan bersamaku. Ega yang datang untuk memelukku, dia jugalah yang mengalahkan rasa takutku pada diriku sendiri. Maka aku mohon Tuhan, berikan waktu satu tahun lagi untuk dapat bersamanya, karena dialah yang membuat aku menjadi “nyata”, Jika satu tahun terlalu lama untuk aku dapat bersama Ega.. Maka aku mohon kepadaMu Tuhan, berikan aku waktu satu bulan untuk bersama dia lagi.. Aku tak mampu untuk menahan rasa sakit yang menggerogoti tiap jengkal tubuhku. Aku tak pernah tahu kapan Izrail akan datang menjemputku, tapi aku selalu mencoba untuk bisa berdiri, sekali lagi disamping Ega untuk selalu memeluknya Apakah kalian bertanya mengapa dia sangat berarti untukku?! Lebih dari yang kalian fikirkan, Ega adalah harta karun terbesar dalam sejarah di hidupku. Ega telah mampu merekontruksi jati diriku. Dia jugalah yang membangunkan aku dari keterpurukan, aku bahagia memiliki dia. "Maka aku mohon Tuhan, berikan aku waktu satu bulan untuk terus dapat bersama peri cintaku ini" Dan jika satu bulan terlalu lama "Maka aku mohon kepadaMu Tuhan berikan aku waktu satu hari saja untuk berbagi cinta dengan Ega" Karena dia telah mengibiri ketidakpercayaanku terhadapMu. Ega adalah fakta sempurna, dibalik kemunafikan dunia terhadap bintang dilangit yang biru, jika memang benar bahwa kekasih adalah segalanya maka aku akan menempatkan Ega diatas langit yang biru itu, dia adalah cahaya dari ramahnya sinar mentari di pagi hari, seminggu yang lalu aku tengah bersamanya, aku tidak membayangkan akan dapat selalu bersamanya sampai hari ini,sesuai janji kita bersama, sayang! Kita selalu bersama!! Jika aku harus pergi meninggalkan panggung sandiwara ini untuk menuju keabadian lalu dengan setia aku akan menunggu Ega di padang mahsyar, maka berjanjilah sayang untuk tetap setia pula menjaga keutuhan kita, sematkan tanda cinta untuk semua manusia, karena jika Tuhan tidak berikanku kesempatan untuk bersama Ega lagi, aku akan sangat menyesal. "Maka aku mohon Tuhan aku hanya ingin satu detik saja lagi untuk bersama kekasih terbaikku ini" “Aku senang dapat mengenalmu, karena kau telah warnai kehidupan terakhirku MEIDA ANGGRAENI.. kau telah berhasil menyingkirkan keraguanku akan cinta yang hilang dari hidupku… Aku senang dapat mengenalmu, karena engkau selalu tersenyum untukku, tetaplah tersenyum untukku karena aku akan selalu ingin melihat senyum itu, tetaplah tersenyum Ega.. Nafasku begitu tersenggal untuk dapat mengatakan bahwa aku cinta kamu, Semoga kau kini dapat memahami tentang mengapa aku bertahan malam ini, adalah alasan untukku dapat mengatakan bahwa aku cinta kamu Ketika ini menjadi akhir dari episode kehidupanku… Aku ingin dapat terus mencintai Ega Tetaplah mengenangku sebagai seorang pemimpi.. Seorang pemimpi yang pernah mencintaimu Tersenyumlah… "Dan aku akan memohon lagi kepada Tuhan untuk memberikanku kekuatan untuk dapat selalu hidup bersama denganmu"

apa kabar??

“Kamu berkerumun dengan sesamamu dan punya kata-kata indah untuk tindakanmu itu. Tapi aku katakan kepadamu : cinta ku itu adalah cinta diri yang buruk. Aku berlari dari diriku sendiri kepada kepadamu dan dengan senang hati menyebutnya sebagai sebuah kebajikan, tapi aku sudah tahu apa yang ada dibalik “ketidakegoisan” mu itu. Lelah sudah aku berjalan sayang, banyak sudah aku menemukan kebaikan dan keburukan dari semua yang pernah aku jalani.” “Aku harus menjadi yang tertinggi diatas orang lain, tidak ada yang mencintai jiwaku yang selalu iri itu, kecuali seorang aku” ini lah yang membuat jiwa seorang Aku tergetar, karenanya, aku ingin pergi kejalan menuju kebesaran. Hmzz.. mengatakan kebenaran dan pintar menggunakan peribahasa dari idiom konsumerisme pengetahuan yang bodoh, demikian terdengar menyenangkan dan sekaligus sulit bagiku. “Menghormati Mama dan Papa dan dari akar jiwa yang terdalam untuk mematuhi kehendak mereka” walau aku rasa sulit. Lemping pelampauan diri ini digantungkan diatas oleh setiap orang yang menganggapku aneh, kemudian mereka akan berharap untuk dapat berkuasa atas diriku sendiri, bukankah itu kedengarannya aneh? “Setia dan demi kesetiaan itu bersedia mengambil resiko kehormatan, bahkan didalam tindakan yang berbahaya sekalipun” Iblis mencoba menasehatiku dengan kata-kata bijak “sesungguhnya manusialah yang telah menetapkan baik dan buruk bagi dirinya sendiri. Sesungguhnya, mereka tidak mengambilnya dari manapun atau menentukannya secara kebetulan, baik dan buruk itu bukanlah suara dari langit yang datang kepada kamu” demikianlah sepenggal khotbah kebaikan dari iblis yang mencoba memberikanku pencerahan, terima kasih telah memberikanku penilaian, karena tanpa penilaianmu terhadap diriku maka aku akan menjadi semakin bodoh, bukankah itu yang aku maksudkan sayang? Tapi apakah pernah engkau tahu, sayangku, tentang kata “muak”? tahukah engkau bagaimana kemarahan rasa keadilanmu ketika engkau bertindak adil kepada mereka yang mendiskriminasikan aku? Mungkin engkau dapat membuat orang berfikir lagi tentang diriku dan biaya untuk pemikiran yang baru saja engkau presentasikan itu akan mereka tagihkan kepada diriku. Aku mendekat kepada mereka, lalu engkau lewat begitu saja, karena itulah mereka tidak pernah memaafkanku. Aku sedang berusaha mencari pelampiasan dari penderitaanku sendiri sebab bintang-bintang terlalu jauh bagiku, untuk kuajak berdiskusi. Kemudian aku mengeluh “Seandainya saja ada jalan ke surga untuk masuk kedalam keberadaan lain dan kedalam kebahagiaan” lalu aku mengusahakan jalan pintas itu, lengkap dengan sajian aneh berupa pola fikir gila. Memang benar, didalam tubuhku bersemayam lebih banyak akal dibandingkan kebijaksanaan yang terbaik sekalipun. Dan siapa yang tahu, untuk apa saja tubuhku membutuhkan kebijaksanaan yang terbaik itu? Diriku tertawa pada egoku sendiri yang berlagak angkuh. “Apa artinya bagiku lagak dan fikiran yang berkeliaran tak tentu arah ini?” apakah ini sebuah jalan memutar yang akhirnya akan sampai ketujuanku untuk lepas dari perbudakan spiritual selama lebih dari 22 tahun?, aku adalah tali yang menggerakan ego dan menimbulkan fikiran didalam diriku” Diri bertitah kepada ego “Sakit?”, dan ego merasakan penderitaan. Setelah itu barulah ia berfikir bagaimana cara menyelesaikannya, dan itulah sebabnya dia harus berfikir. Maka, ketika ada orang yang mendiskriminasi dan menganggapku kecil, aku ingin mengatakan “aku memaafkan apa yang telah engkau lakukan kepada diriku, tapi bagaimana mungkin aku bisa memaafkan apa yang telah kamu lakukan terhadap diri kamu sendiri!” tapi aku akan mengatakan kepadamu bahwa aku sedang melakukan apa yang seharusnya aku lakukan.

Rekonstruksi CInta

Ketika aku sedang melewati sebuah batu besar, aku melihat bahwa ada jalan itu, tak jauh dari tempat aku berpijak saat ini, ada seseorang yang bergerak-gerak dengan liar seperti orang gila dan kemudian jatuh tertelungkup. “Berhenti!” kataku dalam hati, “pastilah dia sang manusia luhur itu dan dari jeritan itu dia datang. Coba, apakah aku dapat menolongnya” Ketika aku sudah dekat dengan orang yang jatuh tertelungkup itu, aku mendapati seorang tua yang matanya melotot. Semua usahaku untuk mengangkat orang tersebut tak berhasil. Orang malang itu seolah tak tahu bahwa ada orang didekatnya, dan terus bergerak-gerak sambil memandang kesekelilingnya, seperti orang yang telah terbuang dari dunia. Akhirnyadengan gemetaran dan kejang-kejang, sambil menekuk tubuh ia mulai meratap : Siapa yang mau menolongku? Siapa yang masih mau mencintaiku? Beri aku tangan-tangan yang hangat! Beri aku batu bara dihati! Tertelungkup aku, terentang aku, gemetaran aku, seperti dia yang sekarat dan dingin yang dihangatkan oleh kakinya, yang diguncang, ah!, oleh demam yang tak ia kenal, gemetar oleh panah-panah beku yang tajam, dikejar oleh engkau, KHAYALANKU!! Yang tak terhapuskan! Yang tersembunyi! Yang mengerikan! Wahai kau pemburu yang ada dibalik awan! Tersambar aku oleh kilatmu, Wahai engkau mata yang mencemoohku dari balik kegelapan : Dan aku pun terbaring. Menggulung tubuh, memuntir diri, dalam kejang oleh siksaan abadi. Dan terpukul.. Oleh engkau!! Pemburu yang paling kejam, Kau yang tak kukenal --- CINTA!! Pukul aku lebih keras! Pukul sekali lagi!! Tusuk dan cabiklah hatiku! Apalah arti siksaan ini, oleh panah-panah tumpul bergerigi Tak bosannya engkau akan kesakitan manusia, mengapa kau melihat dengan pandangan kilat illahi yang penuh kepuasan jahat! Mengapa engkau tidak membunuh! Tapi kau hanya menyiksa?! Mengapa engkau menyiksaku?! Wahai engkau yang berkepuasan jahat, kau CINTA yang tak ku kenal!! Ha..! Ha..! engkau mendekat? Ditengah malam, apa yang kau inginkan?! Katakan! Engkau menyesakan aku, menekan aku.. Ha..! terlalu dekat! Engkau mendengar nafasku, engkau mendengar detak jantungku.. Engkau selalu cemburu!! Apa yang membuatmu cemburu? Apakah aku harus seperti anjing?! Aku berguling-guling dihadapanmu? Dengan ketakutan, terbawa keluar dari diriku sendiri, dan kepadamu…mengibaskan ekor dengan penuh cinta? Sia-sia! Tusuk aku lagi! Sengat yang kejam! Bukan! Bukan anjing buruanmu aku ini bodoh! Pemburu yang paling kejam! Tawanan yang paling angkuh, kau perampok dibalik awan… Bicaralah!! Apa yang kau inginkan dari aku, hei perampok jalanan! Hei kau yang bersembunyi dalam kilat! Yang tak kukenal! Bicaralah!! Aku, yang kau inginkan?! Aku? Aku? Seutuhnya? Ha! Ha!! Bicara saja bodoh.. Dan kau ingin menyiksaku, hei Tolol!!? Menyiksa keangkuhanku sampai mati? Beri aku cinta… siapa yang akan menghangatkanku? Siapa yang masih mau mencintaiku? Berikan tangan-tangan yang hangat! Berikanlah kepadaku, serahkanlah Musuh yang paling mengerikan, untukku, yaitu Engkau!! Pergi! Kesana ia telah pergi, Dia, satu-satunya sahabatku.. Dia Musuhku yang terbesar Dia yang tak kukenal, CINTA – Algojoku! CINTA yang tak kukenal! Kesakitanku! Yang terakhir dari… kebahagianku! Saat ini otakku terkontaminasi dengan gottlos theory, mungkin bentuk kekecewaan komulatif dari kekecewaanku terhadap eksistensi Cinta, “Inilah yang tertinggi bagiku” demikian kata jiwaku yang telah membohongi diriku sendiri, aku telah memandang hidup tanpa keinginan, tidak seperti anjing yang terjulur lidahnya. Aku bersenang hati dalam memandang cinta yang telah dimatikan, pemikiran tanpa cengkeraman dan keserakahan dari keinginan untuk memuaskan diri sebagai bagian dari bentuk kekecewaan. “perumpamaan ini aku nyatakan kepada kalian wahai orang-orang munafik yang sentimental” yang memandang aku dengan bernafsu, yang menganggap aku tolol. Aku Mohon Ega… Selamatkan jiwaku, dan sementara.. aku akan pergi mengadu dengan segenggam keberanian “Malam telah turun.. semua mata air yang menggelegak berbicara dengan lebih keras. Jiwaku pun adalah mata air yang menggelegak. Malam telah turun, semua lagu dari mereka yang mencinta telah terbangun. Jiwaku pun adalah nyanyian dari seorang yang mencinta” Sesuatu yang mengganjal, tidak terpuaskan dalam diriku, ia rindu menjadi lantang. Sebuah keinginan akan cinta ada didalam diriku, yang berbicara dengan bahasa cinta. Ringan diriku ini, ah…. Seandainya aku adalah malam! Tapi inilah kesendirianku, menunggumu memberi kabar dalam bahasa, yang akan kubalut dengan cahaya. Ah… seandainya aku gelap dan malam! Betapa senangnya aku dapat menyusu pada puting yang terang. Dan aku akan memberkati kalian bintang-bintang kecil yang berkelap-kelip dan ulat cahaya diatas sana. Banyak matahari melintas dipadang pasir yang gersang, terhadap segala yang gelap cahaya mereka berbicara, tapi kepadaku mereka diam. Oh… inilah pertentangan antara cahaya dengan bintang yang bersinar. Tanpa belas kasihan ia melintasi perlintasannya. Tidak adil didalam hatinya yang paling dalam terhadap mereka yang bersinar, dingin, tak seperti matahari. Namun, demikian pula perjalanan matahari. Seperti badai, matahari itu menjalani lintasan perasaan antara Aku dan Nona, itulah perjalanku. Kehendak yang terbendung itulah aku yang ikuti, itulah dinginku. Ah… hanya kau lah, engkau lah yang gelap dan malam, yang menciptakan kehangatanku dari bintang yang bersinar dimalam ini. Hanya engkau yang mengajakku minum susu dan kesegaran dari puting cahaya. “Malam telah turun, astaga! Aku harus segera menjadi terang! Dahaga akan malam! Dahaga akan kesendirian! Malam telah turun, kerinduanku meluap dalam diriku seperti mata air! Aku rindu akan kata.. aku rindu kabarmu disana, aku menanti kabarmu hingga pagi! Malam telah turun, semua mata air yang menggelegak berbicara dengan lebih keras. Jiwakupun adalah mata air yang menggelegak. Malam telah turun, semua lagu dari engkau yang mencinta telah terbangun. Jiwakupun adalah nyanyian dari kamu yang mencinta”.

SEGA

“Ketika kemarin bulan muncul, aku berkhayal bahwa ia hendak melahirkan matahari, sebab begitu luas dan berisi tampaknya ketika ia berbaring di cakrawala. Tapi ia berdusta kepadaku tentang kehamilannya, dan aku lebih percaya pada diriku didalam bulan daripada diriku dibalik cermin. Memang aku, pejalan malam yang penakut ini, memiliki sedikit nafsu kejantanan, dan sesungguhnya dengan fikiran jahat aku mengendap-ngendap diatas atap” Aku tidak akan menyukai kucing-kucing yang mengendap-ngendap diatas ini! Penuh permusuhan aku terhadap segala yang mengendap didekat jendela kamarku yang setengah tertutup! Dengan khidmat dan hening, ia menapaki karpet bintan, tapi aku tak menukai langkah kaki yang berjingkat, dimana tak satu taji pun bergemerincing. Semua langkah terang-terangan pasti akan berbicara lantang, tapi si kucing menyelinap diatas tanah. Lihat sang bulan datang mendekat, tidak dengan terang-terangan melainkan seperti kucing. Analogi ini aku sebut wawasan tanpa noda akan segal sesuatu yang tak pernah terfikir sebelumnya, selain supaya aku bisa berbaring dihadapannya seperti cermin dengan seratus wajah.. Lalu aku bertanya : “Dimana keluguan? Dimana kehendak untuk beranak pinak? Barangsiapa yang hendak mencipta melampaui dirinya sendiri, dialah yang kulihat memiliki kehendak yang paling murni. “ “Dimana keindahan? Kemana aku harus pergi dengan segala kehendakku, dimana aku bisa mencintai dan menyerah, supaya angan-anganku tidak tetap tinggal sebagai angan-angan saja?” Cinta dan penyerahan… keduanya sudah berima sejak keabadian ada. Kehendak cinta adalah kerelaan untuk dikorbankan. Demikian aku katakan kepada diriku dihadapan cermin malam ini. Sesungguhnya seperti matahari aku mencintai kamu dan segala yang terjadi dalam dirimu yang dalam pula. Itulah yang aku sebut impianku: bahwa segala kedalaman akan naik menuju ketinggianku! Hingga aku akan meninjak disatu masa dimana aku dapat mengkombinasikan harapan ini menjadi cinta abadi.Izinkan aku untuk sekali lagi mencintaimu, berikan aku kesempatan untuk menghidupkan kembali hidupku dan menjadikan kisah sega 2k5 abadi untuk selamanya. Demikian aku berkhayal pagi ini.

Spektrum Hitam Putih

Jarak itu semakin membentang melewati batas pandangku warna yang dulu menghiasi jalan kita terperangkap dalam spektrum hitam-putih tak ada gemerlap yang mestinya kita tatap bersama sebab kabut hitam menyembunyikan gemintang padahal cahanya itu selalu menyilau kala duka, menyapa kita sepotong bulan pun enggan tersenyum lantaran mendung memperebutkannya dengan langit cerah kita padahal dulu, saat kelam tawa kita tetap berpadu dengan setitik cahaya yang kita cari bersama kelakar begitu mudah tercipta lantaran banyaknya cerita cinta perjalanan Karl Marx, Descartes, Lenin, Imam Khomeni, Ali syariati, Aris toteles, Plato bahkan Tommy&Jerry aku semakin tertatih jika harus menepaki jalan berjarak sebab dayaku tak mampu mengikuti lantaran kita terlanjur memasang pagar beton bersemat kawat berduri berlapis ego dan kesombongan padahal jarak itu tak semestinya ada karena atap kita berpintu satu meski ada merah, orange, hijau dan biru yang memainkan melodi di dalamnya karena dulu kita sama berikrar untuk berlari di atas pelangi kini jalanku semakin berjarak oleh spektrum hitam-putih mengabaikan warna-warni bias kromatografi kertas tak ada lengkungan pelangi! tak ada lingkaran CINTA! pautan tangan, tinggal sekedarnya! ciuman sayang, menjadi langkah! ucapan salam, menyisakan ritual belaka! bertanya kabar, apa lagi! kita telah terjatuh dalam kubangan HITAM-PUTIH yang tak semestinya ada dan saling menghukumi

Dum Spiro Spero

Mataku baru saja terbuka saat penjual bubur diseberang jalan itu telah membuka dagangannya, lelahku belum tersandarkan juga, kudengar sabda sebatang rokok yang mengepul diantara sesaknya helaan nafasku manasbihkan sebentuk harapan yang terkungkung beribu imajinasi. yang terakhir belum kulakukan hanya menipiskan sejengkal tanah yang baru saja dibasahi hujan pagi ini, tentang karya ilmiah yang tercipta melalui intimidasi fikiran, vandalisme fikiran dan hal-hal yang berkaitan dengan dimensi ketiga turunan waktu. mentari diufuk timur belum muncul, yang muncul pagi ini adalah keresahan, aku mungkin saja dapat segera mensubtitusikan keresahan ini menjadi sepenggal kisah kasih penyamun kecil yang berada diujung jurang tapi aku masih belum mau melakukan hal itu sampai aku benar-benar yakin untuk melakukan hal yang pada akhirnya pun akan pula menjadi penyesalan. ironis ketika harus kembali bertempur melawan ketidakpastian karena kebodohonanku yang terprovokasi untuk terus masuk kedalam duniamu, tidak secara elegan atau cara-cara semi ekslusif melainkan dengan cara yang sama sekali tidak berdasarkan teori usang kahlil gibran keparat itu tentang romantisme hubungan integral perasaan.huffhttss... sudahlah lupakan sejenak tentang sajak laki-laki berkumis itu, kini kita hidup dizaman berbeda kawan, zaman yang telah dipenuhi oleh akar-akar globalisasi yang telah menjalar dari pedesaan sampai gedung-gedung di perkotaan, zaman yang telah dipenuhi oleh sekumpulan bajingan kecil yang ketergantungan akan teknologi sehingga sangat-sangat memungkinkan untuk memanipulasi cinta, zaman yang telah dipenuhi dengan kebohongan, kemerosotan moral dan zaman yang telah dipenuhi oleh kekecewaan pengikut gibran karena teori yang dulu sangat diagungkan saat ini telah dijungkirbalikan oleh perkembangan syaraf homo sapiens!“Pagi bisu yang memendam keresahan”, aku bermain dengan Logat spekulatif yang lantang-suaranya, secara teratur muncul di atas panggung ketika kelincahan Gallicnya dalam memahami sesuatu tidak bisa menyelamatkanku dari vortus amarah yang seketika datang saat aku harus memuntahkan kekecewaanku kembali. Nada yang membusungkan dada, yang mengagung-agungkan diri sendiri, yang angkuh, dan terutama racauan yang tak henti-henti tentang "cinta untuk Nona" dan pertunjukan yang palsu tentang hal itu, yang selalu begitu tidak bermanfaat, terus-menerus berdengung di telinga orang-orang yang menanggapku gila bagai terserang syndrome tourette. Aku mulai menulis secara sistematis bagian-bagian tertentu diolah melalui kata-kata yang mentereng menjadi demam panas yang berlangsung sementara, berbeda dengan kehangatan yang asli yang membara dalam tulisanku yang sebelumnya. Hanya saja Sebagai tambahan, pertunjukan yang kikuk, memuakan mendampingi kelenjar keegoisan sehingga melahirkan keangkuhan pembawaannya pada fikiran-fikiran yang asli, merdeka telah dipatahkan dan yang sekarang, sebagai parvenu ilmu, mengganggap perlu menggembar-gemborkan apa yang dia bukan atau apa yang tidak dimilikinya. Kemudian mentalitas sampah kecil ini, yang dengan cara kebinatangan yang tidak sopan sedikitpun-dan tidak tajam maupun tidak mendalam serta tidak pula tepat-menyerang orang sepertiku, agar dihargai karena sikap praktisnya terhadap dirimu yang mungkin sangat memaknai tiap lembaran kehidupan yang telah dijalani, di pihak lain aku ingin sekali bersikap sopan terhadap orang seperti dirimu dan lagi perasaanku secara keseluruhan yang aku maksudkan adalah terletak dalam keseriusan yang lucu yang sangat membosankan, aku berusaha mengkotbahkan ungkapan perasaan yang dikarekterisasi oleh Helvetius sebagai dari yang malang dituntut keharusan menjadi sempurna. Ini terdengar bagus, tampak simetrikal. Tetapi apakah ini masuk akal? Ketika aku berusaha kembali mengajakmu untuk belajar mencintaiku, tapi aku sendirilah yang telah membekukan harapan tadi, Nampak jelas dan berbeda sekali, mungkin kamu menganggap ini lucu, tapi tidak bagiku, karena inilah saat dimana aku harus dapat mengambil simpati yang sangat sulit. Kreasi artistik tentu saja bukanlah omelan meskipun ini juga merupakan pembelokan, sebuah perubahan dan transformasi realita, sesuai dengan apa yang saat ini terjadi. Sejauh apapun seni fantasi melangkah, dia tak bisa menolak material lain kecuali apa yang diberikan dunia tiga dimensi. Bahkan saat sorang artis menciptakan surga dan neraka, dia hanya mentransformasikan pengalaman dari hidupnya dalam phantasmagoria. Mungkin saja aku masih dapat mengingat untuk menjadikan kisah “Sendy dan Egha” dalam satu drama teatrikal berjudul kesetiaan. kemungkinan itu masih ada, harapan itu masih ada, selama masih ada kehidupan disini!

Aku Mulai Muak

Aku telah banyak melakukan perjalanan spiritual didalam kehidupanku, tak dapat kupungkiri kehidupan ini berjalan dengan begitu cepat tanpa bias ku kendalikan, tidak semudah mengontrol human instinct dalam tabulasi pengumpulan keberanian untuk dapat maju melawan arus kehidupan yang sedemikian deras. Salah satu lompatan terjauh didalam kehidupanku adalah ketika aku memutuskan untuk mengakhiri masa lajangku, melepaskan seluruh kebebasan yang kemudian termanifestasikan didalam bahtera rumah tangga, belum genap 6 bulan pasca aku menikahi seorang wanita yang menjadi pilihanku, tepat pada tanggal dimana Gamal Abdul Nasser megkudeta Raja Farouk dari Mesir 59 Tahun yang lalu. Aku mulai merasa asing di istanaku sendiri!

Sebuah pilihan yang ternyata sulit, penjungkirbalikan teori kehidupan yang aku jalani bersamanya memang telah terjadi, kepusingan, bahkan kefrustasian mengawali perjalanan pernikahan kami di bulan-bulan pertama pernikahan kami. Aku mencatat 21 kali pertengkaran kecil dan 4 kali pertengkaran yang nyaris membuat kita berpisah, selama hampir 6 bulan telah 25 kali kami berseteru dalam berbagai permasalahan kompleks yang pada akhirnya membuat aku hampir muntah saat mengetik naskah ini.

“Kamu masih mengingatnya” begitulah kira-kira sepenggal pernyataan yang kerap kali keluar dari mulut si tuan putri ketika kita terlibat dalam percekcokan mulut. Siapa yang dia maksud, tentu saja maksudnya adalah seorang wanita yang pernah begitu melekat didalam fikiranku dulu, wanita yang menemani perjalanan awal cintaku dari tanggal 10 April 1999 sampai 8 Desember 2008, entah mengapa tuan putrid selalu saja menghadirkan bayanganya didalam setiap perselisihan kami. Yang pada akhirnya membuat aku memperbandingkan sosok wanita itu dan dirinya.

Aku bukan tanpa alas an, sering kali terbesit didalam fikiranku untuk lepas saja dari belenggu pernikahan setelah kata “bahagia” tak kunjung terciptakan, terlalu banyak perbedaan yang tidak dapat dipersatukan, sehingga pada akhirnya melahirkan gagasan untuk sesegera mungkin menghindar dari kenyataan hidup ini. Egoisitas berdiri diatas kepala kita. Dan aku muak!

Tentang Senja

mengapa aku begitu mencintai senja ? tak pernah bisa aku temukan jawabannya. mengapa sebuah senja selalu menjadi awal sebuah kisah, yang menerus tak berkesudahan? apakah senja jingga memang sudah ditakdirkan berpasangan dengan aku, seperti saat ini ...

aku, senja jingga dan waktu yang berjalan...bersama menjelma cerita tentang suatu hari bersamamu kelak . begitu banyak yang ingin aku ceritakan kepadamu. tentang musim yang tak lagi bisa menunggumu, tentang hari-hari yang kini selalu ku pandangi dengan hati yang penuh sesal, tentang hujan disenja jingga yang sepertinya hanya ada dalam imaji kita.
kita ?

selalu ada dalil untuk menggenapkan pelaku hati disenja jingga begini, tak ada kamu bila aku tak ada, tak ada kita bila senja jingga menjelma...aku, kamu ...kemudian kita.
senja jingga menggenapi warna, kendati tak pernah sempurna, tapi kita akan menyambutnya dengan segenap cinta.
cinta ?

ahhh...mengapa aku tak pernah yakin bila cinta itu pernah ada ? ayolah, berikan aku satu alasan untuk menerima dalil itu...bahwa cinta itu pernah ada disuatu senja. aku tak percaya, cinta disuatu senja jingga pernah ada. pernah ada ?
yang masih aku ingat, aku pernah berkata ' jatuh cinta kepadamu lebih seperti menebak musim...hujan - tidak - hujan - tidak...'

kini senja nautical telah berdiri 12 derajat dibawah cakrawala malam ,

saatnya aku beristirahat sambil sesekali memimpikan untuk dapat bersenggama dengan imajinasi, lalu mewujudkan kesemuanya itu dalam satu kesatuan cinta. Suatu hari nanti kita berdua akan duduk menikmati senja datang, memandang luasnya samudera, diiringi senandung miss cellies blues-nya Janis Joplin.

Landasan Untuk Kritik Sekuler Terhadap Agama*

Ketika aku mencoba mencari tahu tentang keberadaan atau eksistensi yang kafir dari kesalahan segera dikompromi setelah bentuk kesurgaan telah terbukti salah. Manusia, yang hanya menemukan refleksi dirinya sendiri di dalam realitas surga fantasi, dimana dia mencari seorang dewa, tidak lagi akan bersedia untuk hanya mendapati pencerminan diri itu cuma mendapati seorang non-manusia, dimana dia mencari dan harus mencari realitasnya yang sejati inilah fakta yang aku dapatkan ketika aku mencoba berdiskusi dengan seorang wanita dipagi hari kemarin.
Dan aku mencoba mencari kejelasan tentang otokritik terhadap perdebatan yang selama ini bergulir. Dan landasan untuk kritik sekuler adalah: manusialah yang menciptakan agama, bukan agama yang menciptakan manusia. Agama adalah kesadaran-diri dan harga-diri manusia yang belum menemukan dirinya sendiri atau sudah kehilangan dirinya sendiri. Namun manusia bukanlah suatu makhluk abstrak yang berkedudukan di luar dunia. Manusia itu adalah dunia umat manusia -- negara, masyarakat. Di Negara ini, masyarakat mencoba menghasilkan agama, yang merupakan sebuah kesadaran-dunia yang terbalik, karena mereka sendiri merupakan sebuah dunia yang terbalik. Agama merupakan teori umum tentang dunia tersebut, ringkasan ensikopledia dunia tersebut, logikanya di dalam bentuk yang populer, perbudakan spiritual dunia tersebut, antusiasmenya, otoritas moralnya, pelengkapnya, dan basis penghibur dan pembenarannya yang universal. Agama merupakan realisasi inti manusia yang penuh khayalan (fantasi) karena inti manusia itu belum memiliki realitas yang nyata. Maka, perjuangan melawan agama secara tidak langsung adalah perjuangan melawan sebuah dunia yang aroma spiritualnya adalah agama tersebut.
Kesengsaraan agamis merupakan ekspresi kesengsaraan riil sekaligus merupakan protes terhadap kesengsaraan yang nyata tersebut. Agama adalah keluhan para makhluk tertindas, jantung-hati sebuah dunia tanpa hati, jiwa untuk keadaan tak berjiwa. Agama adalah candu rakyat.
Aku pernah membaca salah satu bagian dari das capital tentang menghapuskan agama sebagai kebahagiaan ilusioner untuk rakyat, berarti menuntut agar rakyat dibahagiakan dalam kenyataan. Maka, panggilan supaya mereka melepaskan ilusi tentang keadaan mereka adalah panggilan agar mereka melepaskan keadaan di mana ilusi itu diperlukan. Maka, kritik terhadap agama adalah embrio dari kritik terhadap dunia yang penuh kesedihan dimana agama merupakan cahaya lingkaran sucinya.
Kritik telah merenggut bunga-bunga ilusioner dari rantai, bukan supaya manusia akan terus mengenakan rantai yang tak terhias dan suram itu, melainkan agar dia melepaskan rantai itu dan memetik bunga yang nyata. Kritik terhadap agama menghancurkan ilusi manusia, supaya dia berpikir, bertindak, dan menghiasi kehidupan nyatanya seperti seorang manusia yang telah menyingkirkan ilusi-ilusinya dan memperoleh kembali kesadarannya, supaya dia bergerak memutari dirinya seperti mataharinya sendiri. Agama hanyalah matahari ilusi yang berputar mengitari manusia selama dia tidak berputar mengitari dirinya sendiri.
Maka begitu dunia di luar kebenaran itu hilang, tugas ilmu sejarah adalah untuk memastikan kebenaran dunia nyata ini. Begitu bentuk suci dari keterasingan manusia telah kehilangan topengnya, maka tugas filsafat, yang menjadi pembantu ilmu sejarah, adalah untuk segera mencopot topeng keterasingan dalam bentuk-bentuk yang tak suci. Sehingga kritik terhadap surga menjelma menjadi kritik terhadap alam nyata; kritik terhadap agama menjadi kritik terhadap hukum, dan kritik teologi menjadi kritik politik.
Inilah suatu bentuk pemikiranku terhadap gejala syndrome keputusasaanku terhadap agama, ketika kelak aku menemukan inti dari jawaban yang selama ini selalu aku pertanyakan, maka aku akan mencoba mengagitasi diriku lagi.
.

-------------------------------------------------------------------
*penulis adalah seseorang dalam pencarian jati dirinya.

Aku Mengingat Kematian

Kehidupan berlangsung tanpa disadari dari detik ke detik. Dan aku pun menyadari bahwa hari-hari yang telah aku lewati justru semakin mendekatkanku kepada kematian sebagaimana juga yang berlaku bagi orang lain, apalagi aku sadar dengan kondisi kesehatanku yang semakin hari semakin menurun kematian bagiku hanya tinggal menunggu waktu.
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kemudian hanyalah kepada Kami kamu dikembalikan.” tiap orang yang pernah hidup di muka bumi ini ditakdirkan untuk mati. Tanpa kecuali, mereka semua akan mati, tiap orang. Saat ini, kita tidak pernah menemukan jejak orang-orang yang telah meninggal dunia. Mereka yang saat ini masih hidup dan mereka yang akan hidup juga akan menghadapi kematian pada hari yang telah ditentukan. Walaupun demikian, masyarakat pada umumnya cenderung melihat kematian sebagai suatu peristiwa yang terjadi secara kebetulan saja.
Kebanyakan orang menghindari untuk berpikir tentang kematian. Dalam kehidupan modern ini, seseorang biasanya menyibukkan dirinya dengan hal-hal yang sangat bertolak belakang dengan kematian mereka berpikir tentang di mana mereka akan kuliah, di perusahaan mana mereka akan bekerja, baju apa yang akan mereka gunakan besok pagi, apa yang akan dimasak untuk makan malam nanti, hal-hal ini merupakan persoalan-persoalan penting yang sering kita pikirkan. Kehidupan diartikan sebagai sebuah proses kebiasaan yang dilakukan sehari-hari. Pembicaraan tentang kematian sering dicela oleh mereka yang merasa tidak nyaman mendengarnya. Mereka menganggap bahwa kematian hanya akan terjadi ketika seseorang telah lanjut usia, seseorang tidak ingin memikirkan tentang kematian dirinya yang tidak menyenangkannya ini. Sekalipun begitu ingatlah selalu, tidak ada yang menjamin bahwa seseorang akan hidup dalam satu jam berikutnya. Tiap hari, orang-orang menyaksikan kematian orang lain di sekitarnya tetapi tidak memikirkan tentang hari ketika orang lain menyaksikan kematian dirinya. Ia tidak mengira bahwa kematian itu sedang menunggunya!

Ketika kematian dialami oleh seorang manusia, semua “kenyataan” dalam hidup tiba-tiba lenyap. Tidak ada lagi kenangan akan “hari-hari indah” di dunia ini. Sekali lagi aku merenungkan segala sesuatu yang dapat aku lakukan saat ini aku masih dapat mengedipkan mata, menggerakkan badan , berbicara, tertawa , bernyanyi, menari, berlibur bersama teman-teman dan akupun merenungkan tentang bagaimana keadaan dan bentuk tubuhku setelah kelak aku mati nanti.

Dimulai saat aku menghembuskan napas untuk yang terakhir kalinya,aku tidak ada apa-apanya lagi selain “seonggok daging” tidak adalagi label Rapper terselip di nisan kuburku, atau gelar kesarjanaanku. Tubuhku yang diam dan terbujur kaku, akan dibawa ke kamar mayat. Di sana, aku akan dimandikan untuk yang terakhir kalinya. Dengan dibungkus kain kafan, lalu jenazahku akan di bawa ke kuburan dalam sebuah peti mati. Sesudah jenazahku dimasukkan ke dalam liang lahat, maka tanah akan menutupi ku. Ini adalah akhir dari episode kehidupanku sebagai actor intelektual di dunia. Mulai saat ini, aku hanyalah seseorang yang namanya terukir pada batu nisan di kuburan. Dan kalian akan mengingat aku melalui buku yang saat ini kalian baca sebagai tanda mata terakhir dariku.

Aku membayangkan Selama bulan-bulan atau tahun-tahun pertama, kuburanku akan sering dikunjungi oleh kerabat, kawan setiaku, kekasih, bahkan manusia yang mengenaliku sebagai sahabat. Namun Seiring dengan berlalunya waktu, hanya sedikit orang yang datang. Beberapa tahun kemudian, tidak seorang pun yang datang mengunjungi.

Sementara itu, keluarga dekat ku akan mengalami kehidupan yang berbeda yang disebabkan oleh kematianku . Di rumah, ruang dan tempat tidur ku yang kosong. Setelah pemakaman, sebagian barang-barang milikku akan disimpan di rumah, baju, sepatu, dan lain-lain yang dulu menjadi milikku akan diberikan kepada mereka yang memerlukannya. Selama tahun-tahun pertama, beberapa orang mungkin masih berkabung akan kepergianku. Namun, waktu akan mempengaruhi ingatan-ingatan mereka terhadap masa lalu. Empat atau lima dasawarsa kemudian, hanya sedikit orang saja yang masih mengenangku. Tak lama lagi, generasi baru muncul dan tidak seorang pun dari generasiku yang masih hidup di muka bumi ini. Apakah aku akan diingat orang atau tidak, hal tersebut tidak ada gunanya bagiku.

Sementara semua hal ini terjadi di dunia, jenazah yang ditimbun tanah akan mengalami proses pembusukan yang cepat. Segera setelah aku dimakamkan, maka bakteri-bakteri dan serangga-serangga berkembang biak pada tubuhku tersebut hal tersebut terjadi dikarenakan ketiadaan oksigen. Gas yang dilepaskan oleh jasad renik ini mengakibatkan tubuh jenazah menggembung, mulai dari daerah perut, yang mengubah bentuk dan rupanya. Buih-buih darah akan meletup dari mulut dan hidung dikarenakan tekanan gas yang terjadi di sekitar diafragma. Selagi proses ini berlangsung, rambut, kuku, tapak kaki, dan tangan akan terlepas. Seiring dengan terjadinya perubahan di luar tubuh, organ tubuh bagian dalam seperti paru-paru, jantung dan hati juga membusuk. Sementara itu, pemandangan yang paling mengerikan terjadi di sekitar perut, ketika kulit tidak dapat lagi menahan tekanan gas dan tiba-tiba pecah, menyebarkan bau menjijikkan yang tak tertahankan. Mulai dari tengkorak, otot-otot akan terlepas dari tempatnya. Kulit dan jaringan lembut lainnya akan tercerai berai. Otak juga akan membusuk dan tampak seperti tanah liat. Semua proses ini berlangsung sehingga seluruh tubuh menjadi kerangka.

Tidak ada kesempatan untuk kembali kepada kehidupan yang sebelumnya. Berkumpul bersama keluarga di meja makan, bersosialisasi, bermain dengan suntikan, pergi berlibur kepulau yang indah atau memiliki pekerjaan yang terhormat semuanya tidak akan mungkin terjadi. Singkatnya, “onggokkan daging dan tulang” yang tadinya dapat dikenali mengalami akhir yang menjijikkan. Di lain pihak, jiwaku akan segera meninggalkan tubuh ini segera setelah nafasku berakhir. Sedangkan sisa dari tubuhku akan menjadi bagian dari tanah.

Ya, tetapi apa alasan semua hal ini terjadi?

Aku mencoba berandai-andai , Seandainya Allah ingin, bukan tidak mungkin tubuh ini dapat saja tidak membusuk seperti kejadian di atas. Tetapi hal ini justru menyimpan suatu pesan tersembunyi yang sangat penting. Akhir kehidupan yang sangat dahsyat yang menungguku. Seharusnya aku sadar bahwa ini bukanlah hanya tubuh semata, melainkan jiwa yang “dibungkus” dalam tubuh. Aku harus menyadari bahwa aku juga memiliki suatu eksistensi di luar tubuhku. Walaupun setelah melihat kenyataan-kenyataan ini, ternyata mental manusia cenderung untuk tidak peduli terhadap hal-hal yang tidak disukai atau diingininya. Bahkan ia cenderung untuk menafikan eksistensi sesuatu yang ia hindari pertemuannya. Kecenderungan seperti ini tampak terlihat jelas sekali ketika membicarakan kematian. Hanya pemakaman atau kematian tiba-tiba keluarga dekat sajalah yang dapat mengingatkannya [akan kematian. Kebanyakan orang melihat kematian itu jauh dari diri mereka. Asumsi yang menyatakan bahwa mereka yang mati pada saat sedang tidur atau karena kecelakaan merupakan orang lain dan apa yang mereka [yang mati] alami tidak akan menimpa diri mereka! Semua orang berpikiran, belum saatnya mati dan mereka selalu berpikir selalu masih ada hari esok untuk hidup.

Bahkan mungkin saja, orang yang meninggal dalam perjalanannya ke sekolah atau terburu-buru untuk menghadiri rapat di kantornya juga berpikiran serupa. Tidak pernah terpikirkan oleh mereka bahwa koran esok hari akan memberitakan kematian mereka. Sangat mungkin, selagi anda membaca buku ini, anda berharap untuk tidak meninggal setelah anda menyelesaikan membacanya atau bahkan menghibur kemungkinan tersebut terjadi. Mungkin anda merasa bahwa saat ini belum waktunya mati karena masih banyak hal-hal yang harus diselesaikan. Namun demikian, hal ini hanyalah alasan untuk menghindari kematian dan usaha-usaha seperti ini hanyalah hal yang sia-sia untuk menghindarinya. Jadi ketika aku harus bertarung melawan virus kanker yang menggerogoti tubuhku saat ini, tidak ada lagi alasan untukku lari dari kematian.

Manusia yang diciptakan seorang diri haruslah waspada bahwa ia juga akan mati seorang diri. Namun selama hidupnya, ia hampir selalu hidup untuk memenuhi segala keinginannya. Tujuan utamanya dalam hidup adalah untuk memenuhi hawa nafsunya. Namun, tidak seorang pun dapat membawa harta bendanya ke dalam kuburan. Jenazah dikuburkan hanya dengan dibungkus kain kafan yang dibuat dari bahan yang murah. Tubuh datang ke dunia ini seorang diri dan pergi darinya pun dengan cara yang sama. Modal yang dapat di bawa seseorang ketika mati hanyalah amal-amalnya saja.
Jika aku boleh meminta kepadaMu Tuhan, aku ingin dapat dimuliakan sebagaimana engkau mengangangkat derajat orang-orang saleh, aku berdosa telah mengabaikan perintahMu, tapi izinkan aku menunggu kematian, dan biarkan aku mempersiapkan diri untuk menghadpi kematian yang telah pasti akan menghampiriku.

Sebuah Pembelaan

Aku selalu bertanya tentang keadaanku kini, ketika apa yang aku inginkan tak pernah bisa aku dapatkan kini, keberuntungan seakan menjauh dariku, aku ingin melepas kerinduanku dengan terpuaskan hasratku walau kedengarannya naïf, memaksakan keinginan yang tak pernah bisa aku dapatkan! Tapi apa aku boleh menginginkan seusatu? Kurasa manusiawi, tapi mereka tak pernah memberiku kesempatan, mungkin pernah, dan aku telah berhasil menyia nyiakan kesempatan itu, terlihat jelas pribadi yang memuakan pada diriku sendiri, sahabat yang menemani tak ada lagi, mereka bergumam “dasar pembohong” kepadaku! Pembohong?! Yaa, mereka menyebut aku demikian, rasanya sulit untuk melakukan self defense ketika mereka berkata demikian bahwa memang aku telah banyak mengecewakan mereka, dan mereka menyebut aku si pembohong, pembual, si mulut besar atau umpatan-umpatan yang mereka senandungkan!
Terimakasih kawan…. Kuharap umpatan kalian berguna!! Tapi silahkan kalian simpan karena aku tak membutuhkannya!!
Kalian memang telah sempurna setidaknya dimataku! Kalian melakukan apa yang seharusnya kalian lakukan!! Jika kalian sebut aku pembohong kalian telah meyakinkan aku bahwa semua adalah benar adanya! Jika unsur terpentingnya adalah kepedulian kalian.. terima kasih pula telah membenci aku dan katakan sekali lagi, aku sebagai PEMBOHONG untuk memastikan bahwa aku keparat kecil kalian!

Apakah cukup kalian berbicara… apakah dapat aku berbicara?
Mungkin kalian mempersalahkan tindakanku (tidak lain) atas teori kalian sendiri.. Walaupun teori itu merupakan suatu alat kultur intelektual yang tiada bandingannya yang tidak terpakai sementara teori kalian tidak bisa diterapkan pada kultur persahabatan yang terjalin diantara kita!! Dan aku memang pembohong kawan untuk kalian! batasan-batasan keegoisan yang sangat sempit di bidang kegiatan-kegiatan intelektual. Wilayah energi kreatif yang dibatasi pada satu departemen emosi yang kalian suguhkan lewat drama teatrikal bertajuk pendiskriminasian perilaku si junkie! Untuk itu kurasa telah cukup!
dalam banyak cara aku memuaskan diri sendiri dalam menipu harapan para optimistis seperti kalian..! Aku sudah mencoba untuk memindahkan harapan kealam bawah sadar!

Bila Aku adalah salah satu dari benda-benda di langit, Aku akan melihat dengan detasemen bola debu dan kotoran yang buruk rupa ini … Aku tidak akan bersinar diatas yang baik dan buruk dengan seimbang…! Tetapi aku adalah seorang manusia. Yang telah menjadi kawan terburuk kalian, pemakan ilmu pengetahuan yang bodoh, mungkin juga aku sepertinya hanya merupakan momen tak berarti di dalam keseimbangan waktu.. waktu yang meronta memohon untuk kembali ketika kalian masih hangat dalam pelukanku!

maafkan aku telah mencederai janji.... i love u friendz....

WHO?!!

Ketika aku bercerita dengan beberapa orang kawan tentang keberhasilanku meraih gelar kesarjanaan, sebagian dari mereka menganggap ini bukanlah sesuatu yang membanggakan, alas an pertama yang aku dapat ketika mereka mencoba meminta alas an mengapa mereka bersikap demikian adalah, gelar akademik yang aku dapatkan bukan berasal dari universitas ternama seperti mereka,atau mempertanyakan akreditas dari kampus tempatku menimba ilmu. Lalu alasan yang kedua adalah, mereka sangsi akan efektivitas kuliah non-reguler yang “hanya” belajar di hari libur yang notabene mereka libur dihari itu. Alas an yang ketiga adalah alas an tentang Gelar Kesarjanaan yang diperjual belikan tanpa tanpa melalui prosedur yang standar dengan mengabaikan filosofi pendidikan akademis dalam upaya mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan dalam memahami dan menguasai suatu bidang ilmu.

Aku adalah seorang Sarjana Hukum dari salah satu Universitas tidak ternama di salah satu daerah terpencil di Banten Selatan, mungkin karena orangtuaku hanya mampu menyekolahkan aku sampai “kelas” ini, namun setidaknya aku bersyukur telah mampu menyerap ilmu yang diberikan dosen-dosen yang mungkin kalian sebut tidak berkualitas atau under quality dan sedikit mengimplementasikan dan mengaplikasikannya kedalam berbagai konsep. Aku tak pernah merasa malu atau harus beradu argumentasi hanya untuk melakukan self defense akibat pertanyaan bodoh seputar “pernah KKM??!!” atau “pernah membuat skripsi”. Mungkin aku tak perlu menjawab ini dengan mentransendir kata-kata untuk menjadi bahan perdebatan, cukup dengan mendengarkan saja karena aku tak punya cukup keberanian untuk menentang segala bentuk hedonisme epikorus yang berlaku ketika berbicara seputar kualitas atau kuantitas civitas akademik non unggulan. Apakah kalian mengalami degradasi moral ketika harus berhadapan dengan kenyataan dunia kerja?! mungkin kalian mampu menjawab ini hanya dengan menunjukan eksistensi sebagai si hebat dan si berguna dengan mengesampingkan inteligenitas semu lalu menendang pantat ortangtua yang berharap kelak materi akan segera tergantikan oleh foto wisuda yang akan di share di Facebook!. aku memiliki apa yang tak kalian miliki, dan kalian pun memiliki apa yang tak aku miliki, berbagi dan saling menghargai, ini bukan soal siapa dan berasal dari mana!! Ini tentang pentingnya saling menghargai!
Aku telah selesai berbicara!! Sekarang, silahkan berbicara dan aku mendengarkan!

DEAR : HEROIN

I am angry..
You made me believe you were the cure for my every kind of pain,
I had you wrapped around me while I let you take control of my veins.

At this point in time I didn't know who or what you turned me into,
But you made it impossible to get through days without you.
You had control of my body now, and if I didn't choose you,
you made me feel so sick to where I was helpless not knowing what to do.

By now I started doing the things I swore I would never do,
lying and stealing off the people who didn't mean a thing to you.
You had me convinced that throughout my life you were determined to stay, that I did not have that option of turning and walking away.

Before you know it, everyone I loved seen this side of me that was hurting them inside, everytime they questioned,
I did what you taught me to do..Lie.

I wanted to let you go and get you out of my way, so scared to tell someone imagining what they would say.
Don't want to be judged, it was a decision I would have to make, but I've wasted so much time, it was a little too late.

Being put in jail was something I knew it was going to come down to, but it made me free of relief knowing that I could not get to you.
It was a struggle, but a worth while fight because now I am in control and you are out of my life.
Being sober turned me into the person I've always wanted to be, and the was the one day you were praying I would never see.

Now I am doing the good things I never imagined myself to do, and proudly I can say I am doing them without you.

Aku Mencintaimu

Entah mengapa dalam beberapa kesempatan terakhir ini aku selalu ingin menulis sesuatu tentang manuskrip cinta, mungin saja peraaan yang menyapaku lewat cinta dari nya untukku. Bukan mengherankan ketika aku menganggap adiksi ini sebagai sesuatu yan berlebihan, atau harus kembali kepada sebuah teori tolol tentang perbudaan cinta Filsuf pesimistis seperti Schopenhauer yang menganggap cinta tak lebih dari sekedar wujud dari kehendak. Dorongan yang terus ada dan keberadaannya menyiksa manusia. Kehendak itu tak mempunyai ujung yang tetap, yang jika tercapai akan membawa kepuasan. Sampai mati, Schopenhauer memang tak memiliki pasangan. Jadi bisa saja pendapatnya itu sekedar pembelaan karena ketakmampuannya meraih wanita idaman.
Tak lebih dari sekedar prokreasi, atau kita lebih mengenalnya dengan reproduksi. Itulah tujuan cinta menurut Schopenhauer. Keberadaan manusia-manusia selanjutnya yang meneruskan eksistensi spesies Homo Sapiens. Pada bagian selanjutnya, manusia-manusia barulah yang terus tenggelam dalam kehausan yang tak pernah habis akan cinta. Merekalah yang meneruskan takdir kesengsaraan yang tak habis-habisnya.
Sangat mungkin Schopenhauer ingin menjadikan dirinya legenda. Dia memilih menjalani hidupnya sendirian, dan dengan begitu membenarkan argumennya. Saya lebih memilih tak memercayai argumen seorang yang membandingkan kesetiaan seekor anjing dengan manusia seperti Schopenhauer. Atau misal jika seseorang berkata, ”Uh, aku benci sekali padanya!” sambil menggeram, Anda dapat merespon dengan, ”Astaga, itu seksi sekali! Kamu mesti berkaca kalau lagi begini. Beneran seksi abis, Madonna dan Marylin Monroe akan ngiri melihat ekspresi kamu yang seperti ini.”tapi tida demikian dengtan kamu sayang, wanita itu telah mammpu emmbuatku mengeramkan idenentitasku selama ini. Mungkin kedengarannya memuakan tapi inilah kenyataannya, aku cinta dia dan kedengarannya tidak memuakan bukan?!!

dan kalimat terakhir yang ingin sekali aku dapat ucapkan adalah :
AKU SANGAT MENCINTAIMU SAYANG!!

Dunia berdiri di atas kepalaku dan yang paling pertama dalam arti bahwa didalam kepalaku terapat prinsip-prinsip yang dicapai oleh pikiranku sendiri, dapat dikatakan sebagai dasar dari segala tindakanku juga, tetapi kemudian realitet telah bertentangan dengan prinsip-prinsipku, sebenarnya, harus dijungkirbalikkan. Setiap keinginanku untuk dapat selalu bersama nya, setiap gagasan lama yang tradisionil dibuang ke dalam gudang barang rombengan sebagai tidak rasionil.. dan kisah cintaku hingga kini telah membiarkan dituntun semata-mata oleh prasangka-prasangka, segala sesuatu di masa lampau hanya patut dikasihani dan dicemoohkan. Memandang semua ini hanya dari balik ketakutan.
Mungkin salah satu cara adalah dengan mengaktifkan kembali susunan syaraf yang telah rusak untuk memperlancar system kerja otak, sehingga dimungkinkan untuk segera mengoptimalkan kembali pemikiran-pemikiran brilian yang pada akhirnya akan segera berguna untuk menembus rapatnya tembok gossip murahan disekelilingmu sayang. Aku akan membuat semuanya kelihatan samar karena aku sadar aku tidak sepenuhnya superior, karena aku sadar, bahwa aku tidak sepenuhnya sempurna, setidaknya untuk hubungan kita.
Aku tidak akan pernah peduli dengan sesuatu yang aku anggap tidak penting. Tidak penting untuk dibagi dalam artian aku enggan untuk mendeskripsikannya, menuangkan dalam ide-ide gila bagai entalitas borjuis kecil yang dengan cara brutal yang secara tidak kena, secara tidak bersungguh-sungguh, bahkan secara tidak tepat menyerang seseorang seperti Cabet, untuk dihormati akan sikap praktikalnya terhadap proletariat, sementara ia memuji-muji seseorang seperti Dunoyer.
Aku telah selesai berdiskusi denganmu walau akhirnya kau meninggalkanku dalam lelapnya tidurkmu, tapi aku masih akan terus berfikir untuk dapat menemukan jawaban dari pertanyaan yang sangat mengganggu fikiranku ini. Aku sayang kamu..

dengarkan saja sajak penuh derita..
jika memanggil bilang saja "aku tak berdaya"
dengarkan saja ketika semua ingin menghantam
katakan saja "aku berbisik dalam kelam"
hingga tak lagi ditemukan..
sisa cinta yang termarjinalkan
atau lekatnya siti nurbaya dalam perjalanan cinta insan manusia
biarkan saja mereka menggerogoti kekeliruan mereka sendiri
biarkan saja mereka berasumsi


saat ini pemikiranku dikebiri oleh prasangka buruk, secara tidak sehat aku masih bertengkar melawan nafsu, permasalahan klasik dan aku hanya membutuhkan beberapa saat saja untuk berakselerasi, dan ketika itu semua permasalahan akan segera terselesaikan, meninggalkan otoritas semu doktrin orang tua terhadap anaknya sehingga akan melahirkan sebuah keputusan yang tidak merugikan pihak manapun. segera bersiap dan aku akan menjadi sempurna setidaknya untuk hubungan kita...

AKU MALU Jadi Bangsa Indonesia

faksi-faksi dominan tlah berkuasa lewat iklim prasangka..
menjadi habitus baru bagi pemuja soekarno dan hatta…
kesadaran Lacanian tidak berdiri sebagai nomenclatura..
memposisikan diri kedalam disparitas bangsa terjajah…

lembaran nasklah proklamasi tercetak diatas debu..
artefak sejarah yg hilang ditelan rezim orde baru …
purifikasi pancasila dalam belenggu perjanjian palsu..
diskusi dalam batas liberalisme kelabu…

tradisi konsensual ala komunis yg tereduksi…
dalam definisi vandalis di tiap aksi demonstrasi…
komunikasi berakhir diujung rekonsiliasi…
tercipta dalam symphony rekonstruksi ideology..

Artikulasi negatif menguat dengan mesin repetisi
Membentuk stigma dikalangan pecandu birokrasi
Dikte negara atas media menyentuh banyak dimensi
Dari legislasi sampai pemusatan modal kuasa ekonomi

Ketika dunia pendidikan menjadi ruang public yang terisolasi
blunder polemik formal terjadi untuk mengejar sbuah prestasi…
Mitos berbentuk bangunan metafora tentang siswa tanpa alas kaki…
Dibawah bobroknya system pendidikan tanpa ada transparansi…

Membangun arsitektur sosial yang terdiri atas tendensi …
dalam keluguan moralitas budaya diskriminasi..
ketika heroin bersenggama dengan aroma diplomasi
sebagai dimensi tradisional tarian halal jeruji besi…

Mitos tentang Negara yang semakin melemah adalah
sebuah konsep yang mengaburkan analisis secara ilmiah…
Percuma berharap pada LSM yg semakin payah…
Ketika lembaga donor menintervensi semua nya…

Negara bukanlah entitas “sakral” yang tanpa celah..
Definisi revolusioner adalah ajang mengumbar sumpah…
Disfungsi ereksi legislative impotensi suatu berkah…
dalam kontrol rezim korporasi politik sampah

slogan anti korupsi tersembunyi dibalik tahta penguasa..
ketika merah putih hanya berkibar saat upacara bendera..
lalu dengan sombong teriakan nasionalisme tanpa arah..
dan garuda didadaku hanya ada di turnamen sepakbola..


merentang dari yang rasional sampai yang paling primodial..
meredam insting morfologi pertumbuhan kranio fasial
Rasionalitas berdiri diatas demokrasi instrumental…
Dari yang paling parsial sampai jemu fatwa universal…

Kebebasan berserikat dilumpuhkan atas nama daulah Islamiyyah
Berharap Thoifatun Al Manshuroh muncul membela akidah
Tindakan FPI mencatut nama dakwah Salafiyyah
Pembenaran dengan kekerasan demi firqotunnajiyah

loyalitas keagamaan sampai virtual popularitas
dominasi diskursif para penjual identitas…
skandal keuangan dan instabilitas ekonomi kronis
bersatu dalam regulasi intervensi pelacur bisnis

relasi politik kekuasaan yang asimetris
telah merubah kompetisi politik menjadi ajang menjual tangis
represi kekuatan kuasa dan hegemoni magis..
ketika media massa hanya menjadi ikon propagandis

biarkan retorika berlarut dalam pencitraan berita..
Drama teatrikal sempurna dari para pimpinan KPK…
atau kisah ricuh pilkada di tiap daerah…
dan kasus century tergeser panasnya video ariel dan luna maya…

Determinasi peradaban teknologi jauh lebih dominan
ketimbang refleksi dialektikal keseimbangan…
politisi dekaden yang hanyut dalam simpul kesadaran..
bercampur peluh keringat PSK diranjang kenikmatan…

Jembatan terbentang diantara otoritas kekuasaan
Menghantam si miskin kota lewat wacana kebebasan…
adakah keadilan dari dakwah belas kasihan….
saat penindasan menjadi santapan aparat keamanan…

Ketika tajamnya pena masih dianggap sebagai pengkhianatan
Terkurung intimidasi keji hukum kemunafikan…
kredo rasionalitas menyisakan krisis peradaban
tenggelam pada situasi paradoks ekstrim yang sengaja diciptakan..

mobilisasi politik partisan abaikan aktivasi intelektual..
jadikan komoditas seperti HIV dan anti retroviral..
Apologi yang kerap terdengar dari nafas yang tersenggal..
Dialog kritis dengan menghantam kaum marginal…

 
 
 

Member

 
Copyright © THE LAST EPISODE Powered by: Blogger.com
Template By: Ikhsan Hafiyudin